RENUNGAN

Rabu, Juni 04, 2008

Dimanakah Rasa Malu???

“Iman itu memiliki tujuh puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallah (tiada illah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu termasuk salah satu cabang iman.” Sabda Rasulullah (HR Bukhari dan Muslim)

Manusia diciptakan Tuhan sudah disertai dengan cipta, rasa dan karsa. Kali ini yang akan dibahas adalah mengenai rasa, khususnya perasaan yang namanya malu. Malu adalah sebuah perasaan yang pernah dirasakan oleh semua orang termasuk anda (kecuali kalo anda bukan manusia..hiks). Malu adalah suatu perasaan negatif yang akan timbul dari dalam diri seseorang akibat suatu perbuatan yang tidak lazim oleh dirinya sendiri. Rasa ini membuat kita seakan-akan tidak sanggup untuk mengangkat muka untuk melihat indahnya dunia, suatu perasaan yang sungguh-sungguh menyayat hati yang sulit digambarkan.

Malu ternyata tidak selalu berkonotasi negatif yang seakan-akan ada suatu aib yang terbongkar dan menjadi komsumsi publik yang melahirkan perasaan itu. Namun, Malu ternyata juga merupakan alat pengendali sosial yang cukup ampuh. Karena rasa malu dapat menjadi benteng yang menjaga orang-orang melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma yang hidup dimasyarakat (living law). Rasa malu adalah cerminan harga diri seseorang baik secara individu ataupun secara berkelompok. orang-orang yang tidak punya rasa ini pasti dicap sebagai muka tembok yang tebalnya ??? terserah kamu.

Melihat lebih jauh perilaku-perilaku dalam tatanan masyarakat modern Indonesia sekarang sudah mulai jauh dari pemahaman pentingnya rasa malu. Terutama di daerah perkotaan yang banyak menyalahgunakan teknologi. Fasilitas yang seharusnya dijadikan sebagai penunjang yang mempermudah, malah dialih fungsikan menjadi sesuatu yang membuat memori indah menjadi sejarah yang tidak terlupakan. Padahal perbuatan tak senonoh yang dilakukan seseorang tidak hanya menyeret dirinya namun orang tuanya, keluarga besarnya dan semua sanak family. Pertanyaan-pertanyaan siapa orang tuanya??? Asalnya dari mana???secara otomatis mereka harus menerima celaan/aib akibat perbuatan satu orang saja. Hal itu dapat berdampak justifikasi yang belum tentu merupakan suatu fakta. Keluarga itu adalah........!!!

Kompleksitas permasalahan rasa malu ini, sekarang tidak hanya dalam masyarakat biasa saja. Namun, bahkan para pemimpin-pemimpin, pejabat-pejabat negara dan orang-orang yang mempunyai pengaruh besar juga terkena penyakit yang saya namakan "Urat malu sudah putus". Menzolimi orang lain, mengambil yang bukan haknya, melakukan praktek KKN dan sederet perbuatan lain yang seharusnya dapat membuat kepala tertunduk malah dihadapi dengan kepala tegak dengan bantuan beberapa pengacara dengan alasan khilaf atau malah mengkambing hitamkan orang lain. (eh..malah kambing dibawa-bawa).

hmm...sangat sulit membangun suatu tatanan masyarakat yang teratur, tertib, aman, nyaman, tentram dan sejahtera apabila rasa malu sudah kehilangan gigi alias ompong. Kuping-kuping sudah banyak yang terbiasa mendengar sindiran-sindiran yang menyebabkan sumbatan dilubang telinga. orang-orang lebih suka menjadi bolot ketika mendengar sindiran atau dalam bahasa saya "kritik membangun" dengan alibi peduli amat sama orang. Orang-orang lebih senang tertawa diatas penderitaan orang lain.

Akhirnya...saya hanya dapat berdoa...Agar bangsa ini bisa menemukan kembali rasa malu...
semoga...

1 komentar:

Teuku Zulfikar Amin mengatakan...

Loe brubah jadi ulama ya chy?