Rabu, Agustus 13, 2008 1 Comments

INDONESIA RAYA

Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru "Indonesia bersatu."

Hiduplah tanahku, Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya.
Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.

Refrein:
Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku yang kucinta.

Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.

Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Tanahku, negriku yang kucinta.

Indonesia Raya,
Merdeka, Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya.

Bait 2:
Indonesia! Tanah yang mulia, Tanah kita yang kaya.
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya.
Indonesia, Tanah pusaka, Pusaka Kita semuanya.
Marilah kita mendoa, "Indonesia bahagia!"

Suburlah Tanahnya, Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya semuanya.
Sadarlah hatinya, Sadarlah budinya.
Untuk Indonesia Raya.

disambung dengan refrein

Bait 3:
Indonesia! Tanah yang suci, Tanah kita yang sakti.
Disanalah aku berdiri menjaga ibu sejati.
Indonesia! Tanah berseri, Tanah yang aku sayangi.
Marilah kita berjanji: "Indonesia abadi!"

Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya semuanya.
Majulah Negrinya, Majulah Pandunya.
Untuk Indonesia Raya.

OPINI

Jumat, Agustus 08, 2008 1 Comments

Kaum Muda; Now or Never

Yang muda belum boleh bicara...!!!

Sindiran iklan layanan masyarakat oleh salah satu produsen rokok terkenal di indonesia. Kaum muda di negeri ini memang belum boleh (bukan belum bisa_penulis) untuk menunjukan eksistensi dan potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal. Kaum muda lebih identik dengan pemula yang masih butuh waktu panjang untuk belajar, sehingga menjadi sosok matang yang mempunyai kapabilitas, integritas maupun loyalitas. Kaum muda juga dianggap sebagai insan yang labil, baik secara intelektual, spritual maupun secara emosional. Sehingga kaum muda begitu dipandang sebelah mata oleh kaum tua (Kaum yang lebih unggul secara umur maupun secara intelektual). Seakan-akan ada jurang pemisah antara umat manusia berbeda generasi ini. Jurang pemisah ini melahirkan generasi-generasi muda yang terpatron oleh dominasi kaum tua yang dianggap lebih tau dan lebih mengerti serta mempunyai pengaruh yang kuat.

Kaum tua memang lebih elegan dan dapat diandalkan ketimbang kaum muda. Namun, sebenarnya yang menjadi perbendaan mendasar antara kaum muda dan kaum tua hanyalah mengenai siapa yang mencoba dan mengalami lebih dahulu. Sehingga masih dapat diperdebatkan bahwa pemikiran kaum tua belum tentu lebih baik dari kaum muda atupun sebaliknya. Oleh karena itu, Kaum tua harusnya lebih banyak memberikan ruang kepada kaum muda untuk bereksperimen. Pemikiran konvensional tentang kaum tua lebih baik dari kaum muda harus disingkirkan agar lahir paradigma baru yang lebih berwarna dalam dinamika kehidupan.

Konsep learning by doing merupakan sulah satu kunci sukses yang harusnya menjadi pegangan kaum muda dalam menjalani kehidupan. Dengan konsep ini pengalaman dijadikan teladan yang nantinya mematangkan kaum muda untuk selalu belajar sehingga menjadi pribadi matang. Namun, yang harus disesalkan adalah mayoritas kaum tua dinegeri ini masih terlalu angkuh dan sombong untuk melihat kemampuan kaum muda negeri ini. Ironis memang ketika kualitas dipinggirkan hanya lewat sebuah persepsi yang merupakan warisan budaya "yang tua selalu benar dan selalu menang". Sehingga pada saat penyambungan tongkat estafet si muda yang kurang jam terbang akan menjadi pemimpin yang prematuer .

Perspektif mengenai kaum muda secara otomatis terbentuk akibat minimnya sumbangsih kaum muda dalam berbagai hal. Kaum muda lebih banyak menjadi bawahan dari pada menjadi seorang pemimpin, kaum muda lebih banyak menjadi orang lapangan ketimbang menjadi konseptor, kaum muda hanya berani meladeni diskusi satu level atau satu generasi, Kaum muda takut salah, Kaum muda hanya berani teriak-teriak, dll. Padahal kaum mudalah yang turut memberikan sumbangsih dalam merebut kemerdekaan. kaum muda juga memberikan sumbangsih dalam penggulingngan rezim suharto. Sekarang di Republik ini entah sudah berapa juta jiwa kaum muda cerdas yang menjadi pengangguran. Padahal generasi muda inilah yang kelak akan melanjutkan tongkat estafet untuk membawa bangsa ini kearah yang lebih baik.

Sudah waktunya kaum muda dijadikan ujung tombak....
Bangsa ini butuh regenerasi untuk tetap berjalan....
sekarang waktunya....
menghapus patronese....
mengedepankan etos, patos dan logos tanpa memperhitungkan usia, karena semua orang bisa saja salah...
kaum mudapun bisa jadi yang terbaik...